TEORI HUMANISTIK
Disusun
Oleh,
Anggota
Kelompok :
1.
Dedy Prasetiawan (0905095025)
2.
Hurun Ainin (1105095155)
3.
Husnul Khotimah (1105095082)
4.
Kornelius Ding (1105095150)
5.
Misnawati (1105095125)
6.
Siti Jumiyanti (1105095135)
Kelas
: D (Non Regular)
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
2012
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah
kami dapat menyelesaikan Makalah
“Teori Humanistik” ini dengan tepat waktu.
Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Rahman S.Pd,
M.Pd selaku Dosen pengajar yang telah
membimbing dalam proses pembelajaran. Makalah ini disusun
sebagai tugas dari Dosen pengajar sebagai salah satu bahan penilaian agar
sekiranya dapat bermaanfaat bagi seluruh para pembaca.
Kami menyadari bahwa di
dalam membuat Makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran kami harapkan sebagai bahan koreksi demi kesempurnaan
pembuatan Makalah selanjutnya.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Samarinda, November 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….....i
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………..ii
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ………. ……………………………………………....1
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………..3
C. Tujuan………………………………………………………………....3
D. Manfaat
Penulisan....……………………………………………….….3
BAB II DASAR
TEORI
A. Konsep
Dasar Teori Humanistik……………………..……………….4
B. Tokoh
Humanistik Abraham Maslow…..…………………………….5
C. Konsep
Dasar Teori Humanistik Menurut Abraham Maslow………………………...……………………………………...7
D. Hakekat
Pandangan Tentang Manusia……………………………….10
E. Teknik
yang Digunakan……………………………………………...10
F. Tujuan
Pendekatan Humanistik……………………………………...11
G. Kelebihan
dan Kelemahan Teori Humanistik………………………..12
BAB III PEMBAHASAN
A. Identifikasi
Masalah…………………………………………………13
B. Analisis…………………….……………...…………………………14
C. Sintesis……………………………………………………………….16
D. Diagnosis……………………………………………….………...….16
E.
Prognosis………………………………………………………….....17
F. Treatment/Konseli…………………………………………………...17
G. Follow
Up…………………………………………………………...20
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….……21
B. Saran………………………………………………………….……..21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....……22
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Psikologi
humanistik atau disebut juga dengan nama lain psikologi kemanusiaan adalah suatu
pendekatan yang multifase terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia yang
memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah
ahli psikologi humanistik adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli
psikologi yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional
behaviorisme dan psikoanalisis ( Misiak dan Sexton, 2005 ).
Psikologi
humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu :
1. Psikologi humanistik menawarkan satu
nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia.
2. Psikologi humanistik menawarkan
pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam bidang tingkah laku
manusia.
3. Psikologi humanistik menawarkan
metode yang lebih luas akan kaidah-kaidah yang lebih efektif dalam dalam
pelaksanaan psikoterapi.
Psikologi Humanistik merupakan salah
satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar
pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad
pertengahan.Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran
psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga” dalam
aliran psikologi.
Berikut studi kasus yang akan di
bahas yang menyangkut tentang psikologi humanistik:
Kejadian
ini bermula pada saat salah satu anak SMK Negeri 15 mengajukan permohonan untuk
diterima di salah satu perusahaan berlevel menengah sebagai karyawan untuk
Praktek Kerja Industri ( Prakerin) atau yang lebih di kenal dengan PKL.
Pada
hari pertama praktek semua berjalan sebagaimana mestinya dan tidak ada kejadian
apa pun. Anak PKL itu (sebut saja namanya Jhon, nama samaran) di jelaskan
mengenai kegiatan operasional didalam perusahaan tersebut, seperti membuat
surat-menyurat, menyiapkan bahan persentasi dan bentuk gambar desain coreldraw
(di sekolahnya Jhon mengambil jurusan desain) yang sudah dia pelajari di
sekolah.
Ketika
suatu hari, pada minggu pertama PKL, Jhon diminta oleh pembimbingnya untuk
mengambil stempel di meja admin (admin tidak ada) untuk menstempel seluruh
berkas yang akan di tanda tangani oleh direktur, Jhon pun mencari stempel di
meja dan di laci admin kebetulan di atas meja admin itu terdapat sebuah kamera. Pada hari
berikutnya ketika kamera akan digunakan, kamera tidak ada di tempat (meja
admin) dan semua karyawan ditanya tetapi tidak ada yang tau.
Singkat
cerita salah satu karyawan yang terakhir memegang kamera merasa bingung karena
dia dianggap menghilangkan kamera, akhirnya pembimbingnya memutuskan untuk
langsung membuka CCTV yang ada di kantor. Pada saat tersebutlah baru diketahui
kejadiannya.Terlihat jelas di layar pada saat si Jhon mengambil kamera dan
memasukkan ke dalam saku celana pada saat dia disuruh oleh pembimbingnya
mengambil stempel di meja admin.
Ketika
ditanya, Jhon sempat membela diri dan tidak mengakui bahwa dia yang telah mengambil
kamera tersebut dan menyangkal apa yang ada di layar itu, dia mengatakan bahwa
dia sedang tidak memasukkan kamera ke dalam sakunya akan tetapi memasukkan
barang lain yaitu yang pertama diakuinya adalah HP, yang kedua pulpen dan
ketiga dompet. Suasana sempat memanas, dengan berbagai ancaman di lontarkan
agar si Jhon mengakui tindakannya akan tetapi si Jhon tetap tidak mau mengakui.
Salah satu pemegang top managemen di perusahaan tersebut meminta semuanya untuk
pulang pada jam 17.00 dan mengatakan kasus tersebut akandibawa ke kantor
polisi/pihak yang berwajib.
Pada
jam 18.00 berikutnya, pembimbing Jhon mendapat sms dari Jhon yang isinya memberitahukan
bahwa sebenarnya Jhon yang telah mengambil kamera tersebut dania juga meminta
maaf karena ia hanya berani mengaku lewat pesan singkat (SMS), dia takut untuk
langsung mengaku di tempat kejadian.
Dan
masalah inipun sudah di laporkan oleh pihak perusahaan kepada pihak sekolah
beserta bukti-buktinya seperti video CCTV, sehingga masalah itupun di
tindaklanjuti oleh pihak sekolah terutama konselor sekolah.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara konselor dalam menyelesaikan masalah
pencurian dengan pendekatan humanistik?
C.
Tujuan
Agar konselor mengetahui caramenyelesaikan masalah
pencurian dengan pendekatan humanistik.
D.
Manfaat
Penulisan
1. Bagi
siswa/ konseli, agar dapat lebih memahami dirinya sendiri.
2. Bagi
orang tua, agar lebih memperhatikan kondisi serta kehidupan anak.
3. Bagi
konselor, agar dapat mengarahkan konseli kearah yang lebih baik untuk dapat menyelesaikan masalahnya.
4. Bagi
guru wali kelas atau bidang studi, agar dapat membantu dan lebih memperhatikan
murid-murid bimbingannyalebih
dalam lagi.
BAB II
DASAR TEORI
A.
Konsep Dasar Teori Humanistik
Pengertian humanistik yang beragam membuat
batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam
arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata
humanistik dalam
artikel pendidikan.
Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya
melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Beberapa psikolog humanistik melihat
bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembanglebih baik dan juga
belajar. Jadi sekoah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini
dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang
benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara
fisiologis dan juga punya keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai
fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih
tinggi, bukan sebagai konselor seperti dalam Freudian ataupun pengelola
perilaku seperti pada behaviorisme.
Secara singkatnya, pendekatan humanistik dalam pendidikan
menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi
manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal
sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri,
menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan
membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan
karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil
jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
B.
TokohHumanistikAbraham
Maslow
Abraham Maslow dilahirkan dan dibesarkan di
Brooklyn, New York, 1 April 1908.Anak sulung dari tujuh bersaudara.Orang tuanya
imigran Yahudi dari Rusia yang tidak berpendidikan tinggi.Latar belakang ini
yang membuat orang tua Maslow memaksa anak-anaknya untuk mencapai jenjang
pendidikan yang tinggi.Maslow merasa bahwa masa kanak-kanknya kurang bahgia dan
kesepian, memiliki hubungan yang buruk degan orangtuanya dan merasa menderita
dengan perlakuan orang tuanya.Ayahnya sering kali bersikap dingin, tidak akrab,
dan sering tidak ada dirumah dalam waktu yang lama. Ibunya dalah orang yag
sangat mempercayai tahayul, sering menghukum Maslow hanya karena kesalahan
kecil. Pernah ada suatu hari, Maslow membawa dua ekor anak kecil yang tersesat,
ibuya kemudian membunuh dua kucing tersebut dan menampar Maslow kecil, serta
membenturkan keplanya ketembok.Perlakuan yang buruk dari ibunya ini memberikan
dampak yang serius bagi dirinya, tidak hanya terhadap kehidupan emosionalnya,
tetapi juga terhadap pekerjaannya dalam bidang psikologi.
Dalam sebuah tulisannya, Maslow mengemukakan
keyakinan yang penuh terhadap filosofi hidupnya bahwa semua penelitian dan
teori yang dirumuskannya berakar pada kebencian untuk melawan segala sesuatu
yang dilakukan ibunya. Sejak kecil, Maslow merasa berbeda dengan orang lain, ia
merasa malu dengan kondisi fisiknya, karena memiliki badan yang kurus dan
hidung yang besar. Pada usia remaja, ia memiliki perasaan rendah diri yang
mendalam. Karenanya, ia mengompensasinya dengan berusaha keras mendapatkan
pengakuan dalam bidang atletik, namun tidak berhasil dan dia pun mengalihkannya
kebidang akademik.
Disekolah, Maslow diperlakukan seperti orang negro,
Maslow pernah berkata, “Aku adalah anak laki-laki Yahudi kecil di lingkungan
non-Yahudi dan sedikit mirip negro yang medaftarkan diri di sekolah orang kulit
putih”. Dia merasa terisolasi dan tidak bahagia, dibesarkan di perpustakaan dan
diantara buku-buku, dan tanpa teman.Pendidikan formalnya dimulai di City
College of New York (CCNY) dalam bidang hukum.Pilihan ini sebenarnya dilakukan
hanya untuk menyenangkan ayahnya. Baru kuliah selama semester tiga ia pindah ke
Cornell, tapi kemudian kembali ke CCNY. Dalam perkembangannya, Maslow lebih
tertarik untuk belajar psikologi dan belajar di University of Wisconsin. Di
sini, ia meraih gelar sarjana pada tahun 1930 dan meraih gelar doktor pada tahun
1934 dalam bidang psikologi. Maslow menikah dengan Bertha Goodman pada usia 20
tahunan. Bertha adalah pacarnya sejak masih sekolah menengah dan masih
merupakan saudara sepupu. Dari perkawinanya,mereka dikaruniaidua nak perempuan.
Di Universitas Wisconcin, dia sangat terkesan dengan
psikologi behavioristik john B. Watson. Maslow sedemikian tertarik dengan
behaviorisme dan menyakini bahwa behaviorisme dapat menyelesaikan barbagai
masalah.Dia menerima pelatihan psikologi eksperimen dan bekerjasama dengan Harry
Harlow untuk melakukan penelitian mengenai perilaku primata dan seksualitas.Dia
melakukan penelitian lanjutan di Universitas Columbia. Di sana, ia bekerja
sebagi asisten Edward L. Thorndike, salah seorang tokoh behaviorisme yang
terkenal. Setelah itu, menjadi ascociate professor di Brooklyn College of New
York sampai tahun 1951. Ketika mengajar disana, ia bertemu dengan Erich Fromm,
Alfred Ader, Karen Horney, antropolog Ruth Benedict, dan tokoh psikologi
GestaltnMax Wartheimer. Kedua orang terakhir adalah tokoh yang dikagumi Maslow,
baik secara professional maupun pribadi.Keduanya dianggap sangat berhasil dalam
bidangnya masing-masing.Maslow mulai membuat catatan tentang kehidupan dan
perilaku mereka.Catatan ini yang kemudian menjadi dasar dari penelitian seumur
hidup dan pemikiran tentang kesehatan mental dan potensi manusia.Maslow menulis
secara ekstensif tentang masalah konsep hierarki kebutuhan, metaneeds,
aktualisasi diri, dan pengalaman puncak, yang sebenarnya bersumber dari ide
psikologi lain, tetapi dengan penambahan yang signifikan. Maslow menjadi
pemimpin aliran psikologi humanistic yang muncul pada 1950-an dan 1960-an yang
ia sebut sebagai “kekuatan ketiga”-di luar teori psikoanalisis dan
behaviorisme.
Maslow menjadi professor di Universitas Brandeis
tahun 1951-1969, kemudian menjadi anggota Laughlin Institute di California.Dia
meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970.Pada tahun 1967, Asosiasi
Humanis Amerika memberinya gelar Humanist of the Year.
C.
Konsep
Dasar Teori Humanistik Menurut Abraham Maslow
Pada awal karirnya, Maslow melakukan observasi
terhadap monyet.Ia melakukan pengamatan intensif terhadap perilaku monyet.
Berdasarkan pengamatannya didapatkan kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih
diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain. Contohnya, jika Anda lapar
dan haus, maka Anda akan cenderung untuk mencoba memuaskan dahaga. Anda dapat
hidup tanpa makanan selama berminggu-minggu, tetapi tanpa air Anda hanya dapat
hidup selama beberapa hari saja, karena kebutuhan akan air lebih kuat daripada
kebutuhan akan makan. Tetapi, jika Anda sangat haus, tapi kemudian tersedak dan
Anda tidak dapat bernapas, maka kebutuhan untuk bernapas lebih penting
dibandingkan dengan kebutuhan akan air untuk minum.
Berdasarkan pengalaman tersebut Maslow membuat ide
mengenai hierarki kebutuhan yang sangat terkenal. Menurutnya, terdapat lima
lapisan kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan
dan keamanan, kebutuhan cinta dan memiliki, kebutuhan penghargaan, dan
kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
a.
Kebutuhan
Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula,
kalsium, mineral, dan vitamin, termasuk juga kebutuhan untuk menjaga keseimbangan
pH ( menjadi terlalu asam atau basa akan dapat membunuh ) dan temperature (
98,6 atau dekat dengan itu ) selain itu, terdapat juga kebutuhan untuk aktif,
istirahat, tidur, untuk mengeluarkan limbah ( CO2, keringat, urin, dan kotoran
), kebutuhan untuk menghindari rasa sakit dan kebutuhan untuk berhubungan seks.
Maslow percaya dengan penelitian yang menyatakan bahwa kebutuhan ini sebenrnya
bersifat individual. Misalnya, kekurangan vitamin C akan menyebabkan kelaparan
yang sangat sfesifik terhadap vitamin C, seperti jus jeruk.
b.
Keselamatan
dan Kebutuhan Keamanan
Ketika sebagian besar kebutuhan fiiologis sudah dipenuhi, maka lapisan kedua
akan datang. Anda akan menjadi makin tertarik untuk menjadi keadaan aman,
stabil, serta terlindungi. Anda mungkin perlu untuk mengembangkan struktur,
ketertiban, dan keteraturan.Kebutuhan sekarang bukan lagi lapar dan haus tetapi
kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan dari ketakutan dan kecemasan.Dalam
kehidupan sehari-hari, kebutuhan tersebut di manifestasikan dalam bentuk
keinginan untuk memiliki sebuah rumah di lingkungan aman, keamanan di
lingkungan kerja, rencana pensiun, asuransi, dan sebaginya.
c.
Kebutuhan
Memiliki Cinta
Ketika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanan
sebagian besar sudah terpenuhi, maka lapisan ketiga kebutuhan mulaai
muncul.Anda mulai merasa perlu memiliki teman, kekasih, anak-anak, hubungan
kasih sayang secara mendalam dan ikatan social.Anda mulai merasa rentan
terhadap kesepian dan kegelisahan social. Dalam kehiduan sehari-hari, kita
menunjukan kebutuhan ini dalam bentuk keinginan untuk menikah, memiliki
keluarga, menjadi bagian dari sebuah komunitas, bagian dari keluarga besar,
daan anggota suatu klub, termasuk juga bagian dari apa yang kita cari dalam
sebuah karir.
d.
Kebutuhan
Penghargaan
Pada tahap selanjutnya, kita mulai mencari sedikit
harga diri.Maslow mencatat dua versi mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu
kebutuhan yang lebih rendah dan yang lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah
kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran,
kemuliaan, pengakuaan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan
dominasi. Kebutuhan yang “ tinggi” adalah kebutuhan akan harga diri, termasuk
perasaan, seperti keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian, dan
kebebasan. Kebutuhan penghargaan diri dikategorikan tinggi karena bentuknya
tidak seperti rasa hormat dari orang lain. Misalnya, apabila menyangkut harga
diri, maka akan sulit untuk merasa kalah ( perasaan lebih rendah ). Versi
negatif kebutuhan ini adalah rendah diri dan kompleks inferioritas (
inferiority complexs ). Dalam hal ini, Maslow mengakui konsep adler mengenai
kompleks inferioritas yang merupakan akar dari sebagian besar masalah-masalah
psikologis kita.
Di Negara modern, sebagian besar dari kita memiliki
apa yang kita butuhkan untuk memenuhi kebutuan fisiologis dan kebutuhan
keselamaatan, tetapi lebih sering tidak memiliki cukup cinta dan perasaan
memiliki. Demikian juga dengan rasa hormat, yang sering tampak begitu sulit
untuk di dapati. Barangkali, kondisi ini terbalik dengan negara yang belum
maju, seperti Indonesia, bisa saja kita tidak dapat memenuhi kebutuhan
fisiologis dan keamanan, banyaknya orang miskin dan bencana alam yang tidak
tertangani dengan baik, tetapi kita masih memiliki persaudaraan yang erat dan
rasa hormat yang tinggi dan generasi yang lebih muda dan kelompok sosial yang
lain.
Keempat tigkatan yang awal hierarki di atas disebut
deficit kebutuhan, atau D-need.Jika
anda tidak memenuhi satu kebutuhan, berarti anda memiliki satu defisit, anda
merasa perlu untuk memenuhiya. Namun, jika anda memenuhi semua yang anda
butuhkan, anda tidak merasa defisit sama sekali. Dengan kata lain, kebuuhan
tersebut berhenti memotivasi diri.
Maslow juga membahas tingkatan tersebut dalam
prinsip homeostatis. Homeostatis adalah prinsip yang di gunakan untuk tungku
thermostat anda ketika beroperasi : apabila terlalu dingin, akan berganti
menjadi panas, tetapi ketika hari terlalu panas, paanas switch off ( mati ) kemudian kembali kepada suhu yang sesuai.
Dengan cara yang sama, tubuh anda saat ini berkerja seperti ini, pada suatu
saat anda lapar, maka anda akan berusaha memenuhi kebutuhan ini dengan makan,
maka kebutuhan pun hilang an rasa lapar berhenti. Maslow kemudian memperluas
prisip homeostatis untuk berbagi kebutuhan, seperti keselamatan, perasaan
mmiliki, dan penghargaan.
Maslow melihat semua kebutuhan ini sebagai kebutuhan
dasar hidup.Demikia juga dengan cinta dan harga diri yang diperlukan untuk
pemeliharaan kesehatan.Menurutnya, kita semua memiliki kebutuhan ini dan
semuanya berasal dari genetic, seperti halnya naluri.Bahkan, dia menyebut
naluriah sebagai kehidupan.
e.
Aktualisasi
Diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dan agak sedikit
berbeda adalah aktualisasi diri.Maslow menggunakan berbagai istilah untuk
menyebutkan tingkatan ini.Maslow menyebutnya pertumbuhan motivasi (berbeda
dengan definisi motivasi), karena kebutuhan aktualisasi diri adalah B-needs
(B-being), berbeda dengan D-needs.Kebutuhan aktualisasi adalah kebutuhan yang
tidak melibatkan keseimbangan atau homeostatis, tetapi melibatkan keinginan
yang terus-menerus untuk memenuhi potensi, untuk menjadi semua yang kita bisa.
Dalam penelitiannya mengenai orang yang mencapai
aktualisasi diri, Maslow menggunakan metode kualitatif yang disebut analisis
biografi untuk mengetahui aktualisasi diri seseorang. Orang-orang yang mencapai
aktualisasi diri juga memiliki cara yang berbeda berhubungan dengan orang lain.
Mereka menikmati kesendirian, dan merasa nyaman dengan kesendiriannya, mereka
juga menikmati hubungan pribadi dengan beberapa teman dekat dan anggota
keluarga secara mendalam.
D.
Hakekat
Pandangan Tentang Manusia
Maslow memandang manusia dengan optimis, memiliki
kecenderungan alamiah untuk bergerak menuju aktualisasi diri.Manusia memiliki
kebebasan untuk berkehendak, memiliki kesadaran untuk memilih serta memiliki
harapan.Meskipun memiliki kemampuan jahat dan merusak, tetapi bukan merupakan
esensi dasar dari manusia.Sifat-sifat jahat muncul dari rasa frustasi terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar. Misalnya, ketika kebutuhan akan makanan tidak
terpenuhi, maka ia akan mencuri supaya dapat makan.
Maslow percaya bahwa kesempurnaan manusia tidak akan
tercapai, tetapi ia menyakini bahwa manusia mampu untuk terus tumbuh dan
berkembang luar biasa. Manusia mempunyai potensi untuk menjadi actual, karena
kebanyakan manusia akan berjuang dalam hidupnya untuk memperoleh makanan, rasa
aman, atau pun cinta.
Teori maslow didasarkan kepada pandangan mengenai
sejarah manusia sebagai hewan evolusioner yang terus berproses untuk tumbuh
menjadi manusia yang sesungguhnya. Selama proses tersebut, secara
berangsur-angsur manusia lebih termotivasi oleh metamotivasi dan B-values. Pada
umumnya, perilaku manusia termotivasi oleh kebutuhan fisiologis dan rasa aman
yang ditentukan oleh kekuatan dari luar, yang memposisikan perilaku aktualisasi
diri manusia memiliki porsi yang lebih kecil.Individu dibentuk secara biologis
(genetis) dan dipengaruhi lingkungan sosial.Ketika manusia mencapai aktualisasi
diri, mereka mengalami sinergi yang baik antara kebutuhan biologis, social, dan
aspek spiritual dalam dirinya.
E.
Teknik
yang Digunakan
Tehnik yang digunakan oleh Abraham Maslow yaitu
terapi. Menurut Maslow, tujuan terapi adalah agar klien memeroleh B-values,
atau nilai kebenaran, keadilan, kesederhanaan, dan sebagainya. Untuk mencapai
tujuan tersebut, klien harus bebas dari kebergantungan pada orang lain, supaya
dorongan alami menuju pertumbuhan dan aktualisasi diri menjadi aktif.Meskipun
Maslow bukan psikoterapis, dia menganggap bahwa teori kepribadiannya dapat
diterapkan dalam psikoterapi.
Dalam konsep hierarki kebutuhan dinyatakan bahwa
jika seseorang masih dapat bergerak pada level kebutuhan dasar (fisiologis) dan
rasa aman melebihi yang lainnya, biasanya merekaa tidak termotivasi untuk
mencari psikoterapis. Sebaliknya, mereka akan berusaha keras untuk memenuhi
kebutuhan akan perawatan dan kesamaan.
Kebanyakan manusia yang membutuhkan terapi adalah
mereka yang memiliki kebutuhan tingkat ketiga.Tingkat kebutuhan ini biasanya
dipenuhi dengan baik, tetapi masih kesulutan untuk mendapatkan kasih sayang.
Karena itu, psikoterapi diarahkan kepada proses interpersonal yang hangat dan
penuh kasih sayang. Dengan demikian, klien memperoleh kepuasan dalam memenuhi
kebutuhan akan rasa cinta, memperoleh rasa percaya diri, dan penghargaan diri
sendiri. Hubungan yang baik antara klien dan terapis merupakan pengobatan
psikologis terbaik. Hubungan yang saling menerima akan memberikan perasaan
patut dicintai dan memvasilitasi kemampuan mereka untuk mengembangkan hubungan
nasihat diluar terapi.
F.
Tujuan
Pendekatan Humanistik
1.
Mengoptimalkan
kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa
adanya. “Saya adalah saya”.
2.
Memperbaiki dan
mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan
individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu
dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization seoptimal
mungkin.
3.
Menghilangkan
hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses
aktualisasi dirinya.
4.
Membantu
individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau
menurut kondisi dirinya.
G. Kelebihan dan Kelemahan Teori
Humanistik
1.
Kelebihan Teori Humanistik
a. Selalu
mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan
humanis.
b. Suasana
pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan
mengungkapkan gagasan.
c. Keterlibatan
peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah
kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang
tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
2.
Kelemahan Teori Humanistik
a. Teori humanistik
tidak bisa diuji dengan mudah.
b. Banyak konsep
dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil
mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
c. Psikologi
humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Identifikasi
Masalah
Jhon
siswa yang bersekolah di SMK Negeri 15 Samarinda, ia mengajukan permohonan
untuk diterima di salah satu perusahaan berlevel menengah sebagai karyawan
untuk Praktek Kerja Industri ( Prakerin) atau yang lebih di kenal dengan PKL.
Jhon
mengalami masalah di tempat PKLnya karena ia telah mengambil kamera yang ada
dimeja admin. Awal mulanyaia tidak mengaku bahwa ia yang mengambil kamera
tersebut, akan tetapi walaupun ia tidak mengaku tetap saja ada bukti dari kamera
CCTV menunjukkan bahwa dialah pelaku sebenarnya. Setelah dipaksa untuk mengaku,
ia tetap bersikeras mengatakan bahwa bukan ia pelakunya. Akhirnya salah satu
pemegang top managemen di perusahaan tersebut meminta semuanya untuk pulang. Beberapa
jam kemudian Jhon memberitahu pembimbingnya melalui pesan singkat (SMS) yang
isinya ia mengakui bahwa dialah
sebenarnya yang mengambil kamera tersebut. Dan masalah ini pun sudah di
laporkan oleh pihak perusahaan kepada pihak sekolah beserta bukti-buktinya
seperti rekaman yang ada di CCTV, sehingga masalah itupun di tindaklanjuti
kembali oleh pihak sekolah terutama konselor sekolah.
B.
Analisis
Pada tahap pengumpulan data, berikut adalah data
diri siswa dan orangtua :
Data Siswa :
Nama : Jhon (nama samaran)
Tempat / Tanggal lahir : Samarinda, 13 Mei 1995
Alamat :Jalan Cendana No.07 Samarinda (samaran)
Umur : 17 Tahun
Tinggi : 170 cm
Berat Badan : 65 Kg
Anak Ke : 1
Status : Anak Kandung
Sekolah : SMK Negeri 15 Samarinda (samaran)
Jurusan : Desain
Kelas : XI Desain I (samaran)
Hobi : Racing (balap motor)
Data
Orangtua :
Nama ayah : Bagus
Kusuma (nama samaran)
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jalan Cendana No.07 Samarinda (samaran)
Nama Ibu : Emelia (nama samaran)
Pekerjaan :Karyawan Swasta
Alamat : Jalan Cendana No.07 Samarinda (samaran)
1.
Konseli di
lihat dari keadaan fisik
Berdasarkan hasil pengamatan
dan asesmen angket kami dan data pendukung lainnya,
diketahui John adalah anak pertama dari empat bersaudara
yang berjenis kelamin laki-laki.Dia bersekolah di SMK Negeri 15 Samarinda,
jurusan desain, kelas XI desain I, dia bertempat tinggal di jalan cendana nomor
07 Samarinda. John memiliki ciri-ciri fisik berwajah lumayan tampan, bermuka
lonjong, berkulit sawo matang, hidung mancung, postur tubuh sedang dengan
tinggi badan 170cm dan berat badan 65kg, ia anak yang sehat jasmani dan
rohaninya, ia juga memiliki hobi racing (balap motor).
2.
Konseli di
lihat dari keadaan keluarga
Berdasarkan hasil penelusuran kami mengenai keadaan keluarga, diketahui Johnmerupakan anak pertama dari empatbersaudara. Kebutuhan John tidak terpenuhi oleh orangtuanya karena kedua orangtuanya terlalu
sibuk dengan urusannya masing-masing sehingga kurang memberi perhatian dan
kasih sayang kepada John padahal John termasuk dalam golongan keluarga yang
berkecukupan.Kedua orangtuanya bekerja
sebagai karyawan swasta.Keluarga John tergolong
keluarga yang “cuek” tidak tahu menahu dalam lingkungan
tempat tinggalnyasehingga hal ini terbawa ke dalam kehidupan keluarganya.
3.
Konseli di
lihat dari keadaan tingkah laku sosial
John adalah anak yang mudah
beradaptasi dengan lingkungan danmudah bergaul di lingkungan sekitarnya, ia juga suka sekali bercanda tawa dengan teman-temannya
sehingga teman John senang ketika berkumpul dengan John. Johnjuga terkenal
ramah di lingkungan sekitar tempat tinggalnyawalaupun orangtuanya sendiri
“cuek” di lingkungan tempat tinggalnya.Namun belakangan ini John terlihat
murung di karenakan dia sedang mengalami masalah di tempat PKL karena dia
terbukti sebagai pelaku pencurian kamera di tempat ia PKL.
C.
Sintesis
Kesimpulan sementara
berdasarkan hasil analisis adalah sebagai berikut :
1.
Di lihat
dari keadaan fisik
John adalah anak yang berwajah lumayan tampan dan termasuk anak yang sehat jasmani dan rohani.
John adalah anak yang berwajah lumayan tampan dan termasuk anak yang sehat jasmani dan rohani.
2.
Di lihat
dari keadaan keluarga
John adalah anak yang kurang
diperhatikan dan diberi kasih sayang oleh orang tuanya karena orang tua John
terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing.Keluarga John tergolong keluarga
yang “cuek” tidak tahu menahu dalam lingkungan tempat tinggalnya sehingga hal
ini terbawa ke dalam kehidupan keluarganya.
3. Di lihat dari keadaan tingkah laku sosial
Johnadalah anak yang
mudah beradaptasi dan bergaul dengan lingkungan sekitarnya.. Namun
belakangan ini John terlihat murung di karenakan dia sedang mengalami masalah
di tempat PKL karena dia terbukti sebagai pelaku pencurian kamera walaupun pada
awalnya ia tidak mengakui akan tetapi pada akhirnya ia mengakui perbuatannya
tersebut melalui pesan singkat (SMS).
D.
Diagnosis
Berdasarkan
dari hasil sintesis diatas, yang menjadi masalah adalah ia mencuri kamera di
tempat PKLnya, yang pada awalnya ia tidak mengakui perbuatannya akan tetapi
pada akhirnya ia mengakui perbuatannya tersebut melalui pesan singkat (SMS). Adapun
beberapa kemungkinan penyebab ia mencuri kamera tersebut ialah :
1. Kebutuhannya
yang tidak terpenuhi
2. Kurangnya
perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtuanya
E.
Prognosis
Berdasarkan
hasil diagnosis diatas, maka langkah awal yang harus dilakukan oleh konselor
adalah :
1. Mengadakan
konseling kepada siswa yang bersangkutan.
2. Menjelaskan
kepada siswa bahwa hal yang dilakukannya bukan saja merusak nama baik sekolah
dan orangtua akan tetapi jug merusak nama baik dirinya sendiri.
3. Memberikan
masukan kepada siswa agar sekiranya ia memberitahukan kepada orangtuanya bahwa
selama ini kebutuhannya tidak terpenuhi serta meminta kepada orangtuanya agar
tidak terlalu sibuk dengan urusannya sendiri.
F.
Treatment/Konseli
Berikut hasil pembicaraan (verbatim) :
Konseli : “Assalamulaikum”( sambil mengetuk
pintu )
Konselor : “Wa’alaikumsalam, oh Jhon silahkan masuk”
Konseli : “Terimakasih bu”
Konselor : “Bagaimana kabarnya hari ini ?”
Konseli : “Baik bu”( terlihat dari raut mukanya
kurang semangat )
Konselor : “Tapi ibu melihat sepertinya Jhon kurang
semangat hari ini, kenapa ?”
Konseli : “Eeemmm”( menundukkan kepala sebentar
)
Kenselor : ( Menunggu konseli untuk berbicara )
Konseli : “Dari mana saya harus memulai yaa bu
?Saya bingung bu, saya takut, ibu memanggil saya karena masalah saya yang di
tempat PKL kan bu?”
( Tertunduk )
Koselor : “Tidak usah takut, ibu disini ingin memastikan
apa benar kamu yang melakukan tindakan kemarin ?”
Konseli : “Tidak bu, saya tidak berniat untuk
mengambil kamera tersebut, saya hanya meminjamnya sebentar”( Memegang leher )
Konselor : “Jadi, kamu hanya ingin meminjamnya saja ?”
Konseli : “Iya bu”
Konselor : “Terus bukti yang ada di CCTV itu apa
jhon ?”
Konseli : “Oh itu anu bu,eeeee itu pulpen saya
yang mau saya simpan ke saku celana” ( memakai TIC )
Konselor : “Tapi kelihatannya bendanya besar itu
jhon yang kamu simpan di saku celana kamu ? Tidak seperti pulpen, disini
terlihat jelas Jhon ?”
Konseli : “Anu bu ( memakai TIC ) lupa saya bu,
bukan pulpen tapi itu dompet saya, masa ibu tidak percaya sama saya, dompet
saya besar itu bu”
(
mencari-cari alasan )
Konselor : “Ok, ibu terima alasan kamu ?”
Konseli : “Iya bu, ibu harus percaya sama saya” (
menyakinkan konselor )
Konselor : “Terus apakah kameranya sudah kamu
kembalikan ke tempat PKL kamu ?”
Konseli : “eeeemmmm ( diam sebentar ) belum bu”
Konselor : “ Kenapa belum jhon ?”
Knseli : ( merasa bersalah ) eeeemmm, sebenarnya
bu saya memang mengambil kamera tersebut
Konselor : “Terus kameranya sekarang dimana ?”
Konseli : “Tidak ada sama saya bu”
Konselor :“Tidak ada sama kamu ? Kok bisa padahal
kamu yang mengambilnya ?
Konseli : “Sebenarnya kamera tersebut sudah saya
jual bu”
Konselor : “Kamu jual sama siapa Jhon ?”
Konseli : “Sama teman saya bu”
Konselor : “Alasannya kamu menjual kamera tersebut
kenapa ?”
Koseli : “Saya tidak punya uang bu”
Konselor : “Memangnya orangtuamu tidak memberikan
uang jajan ?”
Konseli : “Diberi sih bu, tapi uangnya habis saya
belanjakan buat kebutuhan saya, itupun tidak cukup,kadang-kadang membuat saya
berhutang sama teman saya dan akibatnya hutang saya menumpuk bu”
Konselor : “Kenapa kamu tidak jujur saja dengan
orangtuamu bahwa uang yang diberikan belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhanmu
?”
Konseli : “Saya malas bu, orangtua saya terlalu
sibuk dengan urusannya masing-masing, dan juga kurang memperhatikan dan memberikan
kasih sayangkepada saya,kalaupun saya minta tidak pernah ada respon dari orang
tua saya”
Konselor : “Untuk masalah ini apakah kamu sudah
memberitahu orangtuamu?”
Konseli : “Belum bu, saya takut.”
Konselor : “kenapa? Apa kamu ingin masalah ini
dibawa sampai kekantor polisi.”
Konseli : “Tidak bu, saya ingin semuanya
selesai.”
Konselor : “Jadi, apa keputusanmu saat ini?”
Konseli : “Saya tidak tahu bu.” ( menundukkan
kepalanya), “kalau menurut ibu bagaimana?”
Konselor : “Kalau dari ibu sendiri, lebih baik kamu memberi
tahu orangtuamu mengenai masalah ini agar tidak berlarut-larut. Bagaimana
menurutmu?”
Konseli : “Iya sih bu”( menundukkan kepalanya )
Konselor : “Ibu juga sudah mendengar bahwa Direktur
tempat kamu PKL ingin bertemu orangtuamu langsung dan menyelesaikan semuanya
dengan cara kekeluargaan.”
Konseli : “Baiklah bu kalau begitu, saya akan
sampaikan kepada orangtua saya mengenai masalah ini dan memberitahukan bahwa
Direktur ingin bertemu langsung.”
Konselor : “Kalau begitu ibu akan siapkan surat
panggilan orangtua dan tolong kamu sampaikan kepada orangtuamu bahwa besok
harus datang kesekolah untuk
menyelesaikannya.”
Konseli : “Baik bu, terimakasih”
Konselor : “Iya sama-sama, lain kali tidak boleh
diulangi ya Jhon. Karena mengambil hak milik orang lain adalah hal yang tidak
baik dan dapat merugikan orang lain.”
Konseli : “Baik bu.”
Konselor : “Ya sudah, kalau begitu kamu boleh pergi
sekarang.”
Konseli : “Baik bu, sekali lagi terimakasih ya
bu.” (Bersalaman)
Konselor : (Membalas salam dan tersenyum)
Konseli : “Assaalamualaikum bu”( menuju pintu
keluar )
Konselor : “Wa’alaikumsalam”
G.
Follow
Up
Dari hasil proses konseling di atas yang melalui
pendekatan humanistic,pada akhirnya Jhon mengakui kesalahannya dan berjanji
untuk tidak mengulanginya kembali. Jhon mulai berfikir untuk terbuka kepada
orangtuanya serta bersedia memberitahukan masalah ini dan juga bersedia
memanggil orangtuanya untuk bertemu dengan Direktur tempat ia melaksanakan PKL.
Dan masalah inipun dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Kemudian untuk
mengantisipasi hal-hal serupa agar tidak
terulang kembali, selanjutnya konselor akan tetap menjalin komunikasi yang baik
terhadap orang tua dan konseli.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan proses
konseling hasil yang di dapatkan, yaitu :
1. Jhon
mengakui perbuatannya yang telah mencuri kamera di tempat dia PKL.
2. Jhon
mengatakan bahwa kebutuhannya selama ini tidak terpenuhi terutama kebutuhan
akan perhatian dan kasih sayang.
3. Jhon
berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi dan dia akan jujur mengatakan
kepada orangtuanya mengenai masalah yang sedang dialaminya.
4. Jhon
akan mencoba untukmenjalin komunikasi
kepada orangtuanya dengan baik.
5. Masalah
yang dialami Jhon akan di selesaikan secara kekeluargaan atas permintaan
Direktur tempat John PKL.
B.
Saran
1.
Konseli harus bisa memahami dirinya
sendiri,konseli dapat memahami sifatnya, dapat memahami wataknya intinya iabisa
mengenal siapa dirinya sendiri.
2.
Dalam hal ini orang tua harus lebih
memperhatikan anak dengan cara membangun relasi anatara anak dan orang tua
dengan baik agar anak tidak merasa kurang diperhatikan.
3.
Konselor harus lebih peka terhadap siswa
yang mengalami kesulitanserta lebih aktif lagi dalam kegiatan kelas yaitu
dengan cara terjun langsung melihat keadaan siswa di kelas, tidak hanya berdiam
dan menunggu di dalam ruangan.
4.
Di samping mengajar, peran wali kelas
juga sangat penting untuk membantu konselor mendapatkan informasi dengan cara
memantau siswa di kelas agar siswa tidak melakukan hal-hal yang merugikan siswa
itu sendiri ataupun orang lain,wali kelas juga harus bisa membimbing serta
mengajarkan kepada siswa-siswanya bukan hanya sekedar dalam belajar tapi juga
dalam segi etika dan sopan santun.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Hidayat, Dede Rahmat.
2011. Teori dan Aplikasi Psikologi
Kepribadian Dalam Konseling. Bogor: Ghalia Indonesia
Suryabarata, Sumadi.
2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta:
Raja Grafindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar